Motto SMA Santo Mikael: Membuat Emas dari Batu-batu email :smasantomikael@yahoo.co.id atau smastmikaelyk@yahoo.com

Selasa, 23 November 2010

Pengungsi Bencana Merapi di SMA Mikael





Puncak letusan dan zona aman.
Pada hari kamis, 4 November 2010 sore, hingga puncaknya pada hari jumat dinihari, 5 November 2010, Gunung Merapi mengalami letusan dan erupsi yang besar, melebihi letusan di tahun-tahun sebelumnya, bahkan, boleh dikatakan ini yang terbesar di abad ke-21. Banyak desa di sekitar lereng merapi, khususnya bagian selatan lereng merapi mengalami rusak parah diterjang awan panas (jw: "wedhus gembel"). Akibatnya banyak nyawa, ternak, dan harta benda penduduk musnah dan porak poranda.
Zona aman bagi pengungsi yang dievakuasi, tadinya berjarak 10 km dari titik puncak gunung, berubah status menjadi 15 km dan akhirnya dengan singkat berubah lagi menjadi 20 km. Jumlah pengungsi membengkak menjadi semakin banyak.

Posko dan Barak pengungsian
SMA Santo Mikael, Warak, Sumberadi, Mlati- Sleman, yang berada di zona aman (lebih kurang 30 km dari puncak Merapi), kedatangan pengungsi dari Babadan, Surokarsan dan Girikerto Turi, sejumlah kurang lebih 600 orang (usia: tua, muda, remaja dan anak-anak), mengungsi dan berlindung di SMA Santo Mikael Sleman. Mereka diterima dengan baik dan beristirahat di ruang-ruang kelas sekolah.

Kegiatan Belajar
Karena situasi lingkungan yang penuh dengan abu dan pasir vulkanik, yang mengandung bahan membahayakan bagi manusia, sehingga dirasa mengganggu KBM, disamping juga lokasi sekolah dipakai untuk menampung pengungsi, maka kegiatan belajar mengajar (kbm) terpaksa diliburkan dari tanggal 5 hingga 9 November 2010.
Pada hari rabu, tgl 10 November, kelas XII masuk disusul kemudian kelas X dan XI mulai masuk sekolah, kamis 10 November. Mereka terpaksa menempati beberapa kelas dan lab-lab (lab kimia, lab fisika, lab biologi dan lab avis/bahasa) untuk kbm, karena 4 ruang kelas lainnya di sayap barat, digunakan oleh pengungsi. Situasi menjadi kurang kondusif memang untuk kegiatan belajar-mengajar, namun para siswa, guru dan karyawan bisa menerima keadaan dengan baik dan penuh pengertian. Siswa-siswi bisa belajar ditengah suasana para pengungsi, berkat 'bela-rasa' dan kepedulian mereka terhadap keadaan memprihatinkan para pengungsi yang sedang mendapat musibah bencana akibat letusan gunung Merapi. Bahkan, diantara mereka ada yang mau terlibat sebagai volunteer (relawan), baik di posko sekolah maupun di barak-barak pengungsian lainnya.

Volunteer dan bantuan
Suster Bernadette selaku kepala sekolah, terlihat sangat sigap, membantu serta mengelola para pengungi dibantu beberapa karyawan sekolah dan asrama, serta beberapa relawan dari berbagai kelompok (mahasiswa, LSM, perusahaan, dokter, suster, frater, dll). Para pengungsi mendapat perhatian dan penanganan yang cukup baik dan penuh kasih, tanpa memandang suku-agama-dan golongan. di Barak pengungsian SMA Santo Mikael ini, para pengungsi merasa tenang dan aman dalam berlindung dari bencana.
Setiap harinya, banyak bantuan, berupa: logistik, obat-obatan, tikar, pakaian, selimut, peralatan pribadi, dll mengalir cukup banyak di Posko ini, dari berbagai kelompok, perkumpulan, perusahaan dan pribadi (person). Semuanya dibukukan dengan rapi dan diberikan kepada para pengungsi, jika kelebihan disalurkan ke posko dan barak terdekat yang membutuhkan.

Fasilitas di pengungsian
Beberapa pengungsi ketika ditanya mengenai fasilitas pengungsian mengatakan bahwa mereka sangat bersyukur dan berterima kasih dapat mengungsi di sekolah ini dengan baik. Mereka merasa nyaman dan merasa diterima dengan baik. Fasilitas untuk tidur memadai (ruangan, tikar, selimut), air bersih, dan MCK sungguh sangat memadai (bagaimana tidak. Mikael kan punya banyak sekali kamar mandi untuk sekolah dan anak-anak asrama). Relawan sungguh-sungguh manusiawi dan penuh cinta kasih tanpa memandang suku, agama dan ras dalam melayani pengungsi. Disini tidak ada pengkotak-kotakan berdasar semua itu. Para pengungsi juga tetap dapat berdoa dan beribadah sesuai agama masing-masing untuk bersyukur dan memohon ketabahan serta berkat dalam menghadapi bencana ini.
Para pengungsi berterima kasih kepada para donatur/ pemberi bantuan, baik berupa uang, logistik, dan barang-barang kebutuhan pribadi untuk mereka. Pakaian cukup bagi para pengungsi, bahkan satu paket per-orang untuk pakaian dalam (pria/wanita) cukup untuk beberapa hari ganti pakaian, termasuk sarung, kaos, baju, celana, rok dan pakaian untuk berdoa. Tua, muda, anak dan remaja sudah mencukupi. Bahkan ada beberapa orang yang tergabung dalam perkumpulan salon rambut datang secara khusus, mengadakan bhakti sosial, membantu memangkas rambut para pengungsi.
Logistik, berupa makanan dan minuman untuk pengungsi juga sangat mencukupi. Yang unik, di posko SMA Mikael, semua pengungsi dilibatkan dalam urusan memasak di dapur umum. Mereka gantian bertugas memasak, yang dibagi per barak/kelas, bersama-sama memasak didapur untuk makan dan minum semua pengungsi dan relawan. Makan dan minumnya pun pakai "piring dan gelas" (tidak memakai kertas/ nasi bungkus). Piring dan gelas diberikan oleh Suster Bernadette, selain agar hiegienis, juga untuk mengurangi sampah berserakan, bekas makanan. Piring dan gelas ini tidak akan diminta lagi, tetapi diberikan gratis untuk para pengungsi untuk makan dan minum sehari-hari, sehingga mereka rajin membersihkannya sendiri untuk makan-minum setiap harinya.
Ruang UKS SMA Mikael, digunakan untuk ruang chek kesehatan bagi pengungsi yang sakit. Obat-obat bantuan tersedia cukup, kririman dari beberapa perusahaan obat (farmasi), termasuk ketersediaan relawan kesehatan (tenaga dokter, apoteker, dan perawat), setiap hari selalu ada untuk melayani para pengungsi.
Anak-anak pengungsi, usia SD, kurang lebih berjumlah 50 orang mendapat alat tulis untuk belajar. Pelayanan belajar oleh beberapa relawan mahasiswa kependidikan dari Universitas Sanata Dharma yang juga lulusan dari SMA Mikael. Beberapa hari kemudian, KBM pengungsi dilakukan oleh guru-guru mereka sendiri dari desa asal, yang melacak keberadaan siswa-siswanya di lokasi pengungsian. Para relawan masih mengisi kegiatan untuk mereka selama waktu senggang, dengan buku-buku bacaan dan majalah ringan dari para donatur. Ketersediaan mainan juga ada, karena tidak banyak, terpaksa mainan dipakai bersama dan dikumpulkan kembali untuk nantinya dipakai mainan lagi di waktu bermain. Pendampingan anak ini juga dilakukan oleh kelompok-kelompok lain yang sengaja datang ke barak SMA Mikael

Pulang kampung
Semakin hari, keadaan Gunung Merapi kian membaik. Zona aman bagi para pengungsi diturunkan. Karena pengungsi di SMA Mikael ini tidak termasuk yang rusak parah rumah dan harta benda mereka, maka resmi pada hari minggu 21 November 2010 mereka pamit, untuk meninggalkan pengungsian dan kembali ke rumah mereka masing-masing. Sebelumnya, Sabtu, 20 November 2010 mereka mengadakan bhakti sosial membersihkan kelas-kelas dan lingkungan yang mereka tempati untuk mengungsi.
Minggu 21 November pamit kepada warga sekolah. Ketika pulang, semua barang-barang bantuan yang telah diberikan kepada mereka semua dibawakan serta, termasuk semua persediaan logistik yang masih tersedia, sebagai bekal hidup selama beberapa minggu di tempat asal nanti. Tercatat antara lain tiap KK membawa kurang lebih 25 kg beras, telor, minyak goreng, mie, teh-gula pasir, makanan kalengan, bumbu-bumbu, perlengkapan mandi, perlengkapan pribadi, dan barang-barang lain seperti: piring, gelas, tikar, selimut, pakaian, dll. Para pengungsi kembali dengan perasaan haru, menutup sebagian rasa kesedihan akibat bencana yang menimpa desa mereka.
Harapan
Harapan kita, semoga Merapi benar-benar sudah aman, sehingga para pengungsi dapat hidup damai dan tenang kembali, beraktifitas seperti sediakala.
Semua juga berdoa untuk para pengungsi di posko lain, yang masih mengungsi, terutama, orang-orang, yang desa, rumah, harta benda dan keluarganya hilang musnah diterjang awan panas, agar beroleh ketabahan dan ganti yang lebih baik dari Tuhan melalui sesamanya.

oleh: ILD Tjatur Nugroho
SMA Santo Mikael - Sleman © 2008 Template by:
SkinCorner